WUWM? - #03: Terlambat

     "Tak usah sok kuat, tak usah sok jagoan, kalau menyembunyikan perasaan saja kamu tak bisa." -WUWM?

Dear Diary
Aku pernah membaca kisah cinta Fatimah-Ali yang sangat populer itu. Dan sejak itu, aku benar-benar mengagumi sosok Fatimah, putri Rasulullah ﷺ. Satu hal yang membuatku kagum adalah kesabaran dan kepandaiannya dalam menyembunyikan rasa, bahkan syaitan pun tak tahu menahu tentang rasa itu. Sering aku bertanya pada diriku sendiri, bisakah aku seperti Fatimah? Bisakah aku menyembunyikan perasaanku? Kenapa begitu sulit? Kenapa semakin ku sembunyikan malah semakin tampak? Rupanya aku menemukan jawabannya. Semua karena aku bukan Fatimah, dan sampai kapanpun tak akan menjadi Fatimah. Dan aku yakin, Fatima lah satu-satunya perempuan yang bisa menyembunyikan rasa itu.

     Kalimat-kalimat itu menghiasi lembar pertama diary ungu milik Della. Rupanya sudah lama Della menyimpan rasa, tapi ia tak menyadari hal itu. Ia membiarkan semuanya mengalir seperti air. Ia tak mengenal perasaan yang ia rasakan selama ini. Yang jelas, rasa itu lebih, lebih dari sahabat. Ia mulai menyadarinya ketika ia mulai bisa merasakan sakit. Sakit ketika melihat Wira bersama Shafa. Mereka berdua memang telah sepakat untuk berteman, tapi ternyata Tuhan menitipkan rasa yang lebih kepada Della. Tapi kenapa Della? Kenapa bukan Wira? Apakah Wira juga mempunyai perasaan yang sama? Kalau iya, kenapa Wira lebih memilih Shafa? Bukankah Della adalah yang paling dekat dengannya? Bukankah Della yang banyak menghabiskan waktu bersamanya? Kenapa? Apakah benar yang dikatakan orang-orang bahwa cinta tak bisa memilih? Apakah benar yang dikatakan orang-orang bahwa kita tidak akan pernah bisa memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta? Adakah yang bisa menjelaskan semua ini?


(On text)

'Wir gua mau ngomong sesuatu. Besok sore kita ketemu. Penting!'

'Besok banget ya? Sorry gua gabisa! Sibuk.'

'Gua gamau tau. Pokoknya besok kita ketemu. Kalo lo benar-benar peduli sama Della, temui gua besok di Galaxy jam 4 sore. Gua tunggu!'

'Apaan sih si Ky, tiba-tiba ngajak ketemu pake bawa-bawa nama Della lagi' tanya Wira dalam hati.


***

     Langit sore itu tampak mendung, namun tak satupun air yang jatuh darinya. Apa ini? Cukup. Cukup manusia saja yang suka memberi harapan palsu. Langit jangan! Langit tak boleh sama. Tak boleh mengecewakan. Tapi memang, mendung tak selalu hujan. Tersenyum, tak selalu bahagia. Menangis, tak selalu sedih. Harapan, tak selalu terwujud. Dan cinta, tak selalu memiliki.

'Woy Ky! Tumben lu ngajak ketemu. Ada apa emangnya?' Tanya Wira kepada Kyla yang sudah menunggu di meja nomor 104 sejak 20 menit yang lalu.
K: Lu kemana aja si? Kan janjiannya jam 4! Udah hampir setengah jam gua nunggu!
W: Iya..iya gua minta maaf. Gua hampir lupa kalo janjian sama lu. Emang lu mau ngomong apa sih? Pake ngajakin gua ketemu disini. Kenapa ga ngobrol di sekolah aja? Kalo kayak gini nanti banyak yang salah paham.
K: Aduh udah deh Wir, ga usah banyak nanya! Sekarang lu jawab pertanyaan gua.. Udah berapa lama lu pacaran sama Shafa?
W: Mau lu apa sih, main tanya seenaknya tanpa jawab pertanyaan gua dulu.
K: Udah lu jawab aja nanti lu bakal tau sendiri ngapain gua ngajak lu ketemuan.
W: 2 bulan.
K: Lu beneran suka sama Shafa?
W: Iyalah, apaan sih lu? Kalo ga suka, ngapain gua pacaran sama dia?
K: Terus gimana perasaan lu sama Della?
W: Kan gua temenan sama dia sejak awal masuk SMA.
K: Lu gak ada perasaan ke dia? Maksudnya perasaan yang lebih dari teman gitu?
W: Ngapain lu nanya tentang itu? Lagian itu bukan urusan lu!
K: Gua berhak tahu! Della teman gua, semenjak lu jadian sama Shafa, dia jadi sering murung. Gua ga mau liat dia begitu terus!
W: Lah apa hubungannya sama gua?
K: Ya jelas ada hubungannya sama lu! Lu ga nyadar apa kalo selama ini dia suka sama lu? Gak peka?

Seketika Wira terdiam. Entah kenapa kata-kata Kyla itu langsung meremukkan hatinya, membekukan lidahnya, membuat matanya tampak berkaca-kaca, menjadikannya Wira yang lain, Wira yang tak berbeda, Wira yang tak dikenal.

K: Kenapa lu diem aja? Lu kaget? Ga nyangka kalo Della sesuka itu sama lu?
W: Kyl.. B..bener yang lu omongin barusan? Beneran Della suka sama gua?
K: Hu'um.. Gua sebenarnya ga ngelarang lu untuk dekat dengan siapa aja. Itu juga hak lu. Gua juga ga berhak maksa lu untuk mikirin perasaan Della, karena lu juga berhak memilih. Tapi gua ngomong gini karena ga tega liat Della terus-terusan seperti itu!

...

K: Kalo lu emang nganggap dia teman biasa, oke gua akan buat dia mengerti. Gua akan jelasin semua ke dia. Biar dia berhenti berharap. Biar dia lupain perasaannya. Tapi kalo ternyata lu juga punya perasaan ke dia, tolong! Jangan mainin Shafa, dan jangan mainin Della. Mereka berdua teman gua! Gua ga akan pernah rela kalo lu nyakitin mereka!

Wira terdiam seribu bahasa. Ia tak pernah menyangka, Kyla akan mengatakannya. Ia tak pernah menyangka akan mendengar semua itu dari Kyla. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia tak tahu harus jawab apa. Kenapa? Kenapa Kyla mengatakan itu kepadanya? Kenapa dia harus mengetahui semuanya?

'Gua duluan' ucap Kyla yang kemudian pergi meninggalkan Wira.

Langit yang sedari tadi mendung, langsung mengeluarkan beban berat yang dipikulnya. Milyaran tetes air hujan jatuh melepas rindunya kepada bumi. Petir memainkan perannya, mengeluarkan bunyi yang tak ingin didengar oleh setiap telinga. Suasana menjadi begitu mencekam bagi Wira yang masih tak menyangka akan mendengar ucapan itu dari Kyla. Ia masih tak percaya.

***

'Kak! Kakak dari mana aja sih? Kok basah kuyup begini? Kakak kan naik mobil!' tanya Tiara, adik Wira.
'Kakak cuma pengen hujan-hujanan sebentar. Udah lama ga mandi hujan' Jawab Wira dengan senyum yang dipaksakan.
'Kayak anak kecil aja kamu Wir! Sana cepat mandi pake air hangat biar ga sakit!' Ucap sang bunda.
'Iya bunda!' Jawab Wira sambil berjalan menuju kamar.

...

'Gak, gua bukannya gak suka! Justru gua teramat suka. Tapi saat itu gua takut, gua takut ketika gua menyatakan perasaan gua, lu gak merasakan hal yang sama. Gua takut, lu bakal nolak gua. Gua takut, kita ga akan sedekat dulu lagi. Gua takut Dell. Padahal gua ingin sekali. Gua gak tahu harus gimana lagi.. Seandainya gua tahu lebih dulu, mungkin bukan Shafa yang menerima bunga itu, mungkin bukan Shafa yang membaca surat itu, mungkin bukan Shafa yang duduk di meja itu. Iya, mungkin bukan Shafa!'



(On Text)

'Ky, gua minta tolong. Bantu Della lupain gua!'



BERSAMBUNG ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WUWM? - #02: Terlambat

WUWM? - #Prolog

WUWM? - #01: Terlambat