WUWM? - #01: Terlambat

     "Kau tahu apa yang berbeda ketika kau mulai beranjak dewasa? Ada perasaan yang begitu sulit untuk dijelaskan, begitu rumit untuk digambarkan, namun terlalu mudah diekspresikan." -WUWM?

Teng..teng..teng..
Waktu istirahat telah tiba.
     Della. Anak itu terlihat sering menyendiri di halaman belakang sekolah. Bukan karena dia tak punya teman. Hanya saja, dia lebih senang menghabiskan waktu sendirian. Sepi. Sunyi. Tenang. Dibalik gedung tingkat 3 itu, dia duduk bersandar sembari menceritakan semua yang ia rasakan dalam sebuah diary berwarna ungu itu. Ia merasa lega setiap kali ia menuliskan kisah hidupnya diatas kertas. Entah sejak kapan dia suka menulis. Tapi, diary itu mulai terlihat semenjak ia mengenal seseorang bernama Wira. Mereka adalah teman dekat. Lebih tepatnya sahabat. Selama ini, Della tak pernah merasa nyaman berada di dekat temannya. Tapi semenjak kenal Wira, dia mulai terbiasa dan mulai membuka diri dengan yang lainnya. Ya. Wira telah banyak mengubah hidupnya.
'Woy sendirian mulu! Makan yuk!' teriak Kyla sambil menepuk bahu kiri Della.
'Ehbaksotahutempe..! Iya tapi ga usah ngagetin juga dong. Gua beneran kaget nih' ujar Della dengan sedikit kesal.
Ia segera menutup diary ungu nya itu dan pergi bersama Kyla. Tak ada yang tahu isi diary itu selain dirinya dan Tuhan. Ia juga tak pernah menceritakannya kepada Kyla meskipun ia terbilang dekat dengan Kyla. Kyla juga tak pernah bertanya apa-apa tentang isi diary itu, karena mungkin Della memang tak ingin menceritakannya, atau mungkin isinya menyangkut hal-hal yang sangat privasi sehingga tak pernah diceritakan. Kyla sangat menghargai itu. Dibandingkan yang lain, Kyla lebih dekat dengan Della. Karena itu, ia tak ingin kehilangan teman hanya karena terlalu ikut campur dalam urusan pribadi temannya. Meskipun Kyla merasa sedih karena Della belum mempercayainya sepenuhnya, tapi ia benar-benar tak ingin bertanya apapun mengenai diary itu kecuali Della sendiri yang menceritakannya. Kyla berusaha untuk mengerti Della. Ia tak ingin kehilangan seseorang yang sudah dianggap sahabat untuk kedua kalinya. Meski dia tak tahu apakah Della juga menganggapnya sebagai sahabat.
'Makan yang banyak Ky! Lu ga liat apa badan lu kurus banget' seru Della sambil melirik body Kyla yang hampir rata.
'Eh ni anak, kalo gua kurus, terus lu apa?' teriak Kyla sambil memegang dan mengangkat tangan Della. 'Liat deh, lu lebih kurus! Nih bandingin sama punya gua. Seenggaknya berat badan gua lebih 2kg dari lu' sambungnya lagi.
'Tapi kan lu lebih tinggi beberapa cm dari gua, mendingan gua dong' balas Della yang juga tak mau kalah.
'Udaaah sesama kurus jangan berantem! Mending makan lagi aja sana!' seru Reifan yang kebetulan duduk di meja sebelah.
'Diem lu!' teriak Della sambil melempar bungkus snack ke arah Reifan.
'Hey! Bercanda boleh aja tapi jangan buang sampah sembarangan' ujar Ardi yang duduk di sebelah Reifan sambil memungut kembali bungkus snack tadi dan membuangnya ke tempat sampah.
Tanpa berucap, Kyla dan Della pergi meninggalkan mereka.
'Dasar bibit emak emak itu, gimana mau gendut kalo kerjanya marah-marah?' ujar Reifan
'Udah habisin aja makanan lu! Bentar lagi mau bel tuh!' seru Ardi.
Tak lama kemudian, teng..teng..teng.. bel pun berbunyi. Seluruh siswa berlarian masuk ke dalam kelas.


***

     Entah apa yang ada di pikiran Della saat itu, sampai-sampai ia tak konsen ketika Bu Anna sedang menjelaskan. Matanya mengarah ke papan tulis, tapi tatapannya kosong. Tangannya memegang pena, tak sadar sudah mencoret-coret satu halaman full dari buku catatannya. Beban. Rasanya ia sedang memikul beban berat. Beban yang tak seorangpun tahu. Beban yang ia pikul sendiri dan tak tahu pada siapa ia harus berbagi.
'Woy jangan menghayal! Tar kesambet lu' teriakan Risty yang duduk di samping kanan Della membuat Della kaget.
'Ehkesambetkesambet' teriak Della dengan latah.
'What happened Della?' Tanya Bu Anna dengan aksen British-nya. Sontak semua mata tertuju padanya.
'Nothing Ma'am, I'm Ok' jawabnya sembari menghela nafas panjang.
Bu Anna lalu melanjutkan penjelasannya.
'Lu kenapa sih Del? Ada masalah? Atau ada sesuatu yang pengen lu ceritain? Kalo lu butuh bantuan, gua siap kok bantuin elu!' bisik Kyla yang duduk tepat di samping kiri Della.
'Gua gapapa kok Kyl'
'Yakin gapapa?'
'Iya Kyl, udah sana fokus. Tar Bu Anna marah lagi'
'Yaudah deh'
Della mulai mencoba fokus dan melupakan sejenak beban yang mengganggu dalam pikirannya itu. Ia merobek halaman yang penuh dengan coretan-coretan abstrak itu dan mulai mencatat. Pena birunya mulai mengayun diatas kertas putih yang masih kosong.
'Mikirin apa sih Dell! Udah fokus.. fokus..' gumamnya dalam hati, dan lanjut mencatat.

***

"Tak peduli seberapa kuat dan tegarnya dirimu, kau tetap membutuhkan tempat untuk berbagi." -WUWM?

     Di dunia ini, tak ada ada orang yang baik-baik saja. Semua punya masalah masing-masing. Tak ada yang bisa lari darinya. Masalah itu seperti bayangan. Ia akan ikut kemanapun engkau melangkahkan kaki. Ia bagaikan lem yang selalu menempel dan sulit untuk dipisahkan. Tak peduli seberapa banyak masalah yang kau hadapi, seberapa berat beban yang kau pikul, ketika kau punya teman untuk berbagi, semuanya akan terasa seperti baik-baik saja. Meskipun sebenarnya semua sedang tidak baik-baik saja. Tapi, ketika teman itu hanya berupa benda mati, apakah akan sama? Apakah beban itu benar-benar akan berkurang? Apakah masalah-masalah itu akan terselesaikan? Tidak. Sama sekali tidak. Kenapa? Karena mereka hanya diam dan tak bisa memberi solusi.
     Semenjak kejadian yang dialaminya 3 tahun lalu, Della memilih untuk menjadi orang yang tertutup dan tak mau berbagi cerita dengan teman, bahkan teman dekatnya. Kepercayaannya kepada siapapun telah hilang hanya karena Inas merusaknya. Ya. Beberapa tahun lalu, Della punya sahabat. Sahabat yang dianggapnya lebih dari saudara. Sahabat yang begitu ia percaya. Ia menceritakan semuanya kepada Inas,  sampai tak ada satupun tentang Della yang tidak diketahui Inas. Hingga 3 tahun lalu, Inas dan Della tak sengaja menyukai seorang laki-laki yang sama. Della yang begitu terbuka pada Inas, menceritakan tentang perasaannya. Namun tidak dengan Inas. Ia tak pernah terbuka dengan Della. Sampai pada suatu saat, Inas menceritakan semua tentang Della pada teman-temannya yang juga merupakan teman Della. Saat itu, Della benar-benar sangat kecewa. Ditambah lagi, Inas menjelek-jelekkan Della didepan orang yang ia suka. Sungguh saat itu merupakan mimpi buruk bagi Della. Ia tak menyangka, orang yang begitu ia percaya tega melakukan hal itu padanya. Sejak saat itulah, ia menjadi tertutup dengan siapa saja, bahkan orang tuanya sendiri. Dan sejak saat itu juga, Della mulai meluapkan semua perasaannya dalam sebuah diary.
     Namun semenjak masuk SMA, semenjak Della mengenal Wira, senyum yang dulu pernah hilang dari wajahnya muncul lagi seakan ia telah pulih dari rasa sakit yang dialaminya. Wira mampu mengembalikan senyum Della, ia bisa dengan mudah membuatnya merasa lebih baik. Della menjadi sosok yang periang sejak saat itu. Ia mulai mencoba untuk membuka diri lagi dengan orang-orang di sekitarnya.
     Tapi akhir-akhir ini, senyum bahagia di wajahnya mulai tak terlihat lagi. Ia kembali menjadi sosok Della yang pendiam dan misterius. Ada apa? Apa yang terjadi? Mengapa sifatnya bisa berubah-ubah secepat itu? Apa penyebabnya?

BERSAMBUNG ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WUWM? - #02: Terlambat

WUWM? - #Prolog